DISINI BUKAN HANYA TENTANG TEKHNIK INFORMATIKA TAPI BERBAGAI MACAM SEKMEN ContactPerson : 085759898986

Jumat, 09 Januari 2009

Kisah nyata

SISI hitam dunia prostitusi ternyata tak hanya milik kota-kota besar saja. Dikota dengan julukan kota santri pun faktanya dunia esek-esek kian menjamur. Nah sejauh mana liku-liku kisah para "jablay" Kota Tasik, berikut laporan koresponden Bol Tasikmalaya, Ipunk. Sengaja kami buat bersambung karena perjalanan koresponden kami itu pun sangat panjang dan berliku.
Ini kisah nyata. Dua perempuan anak baru gede (ABG) di Tasikmalaya jadi korban trafficking. Keduanya, sebut saja Sri Devi (15) dan Vinka (14), sedianya akan dibawa ke lokalisasi pelacuran Doli Surabaya. Tapi gagal karena keburu ditemukan pihak keluarga. Namun begitu, tak urung Sri Devi dan Vinka sempat melayani sejumlah pria hidung belang. Keduanya dibooking dari sebuah rumah yang diduga tempat penampungan PSK di Jalan RE Martadinata, Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya milik seorang ibu rumah tangga berinisial Ny Dewi alias Mamah Wiwi (39).
Ya, kedua ABG itu terdesak ekonomi. Kegadisannya dijual seharga Rp 500 ribu kepada hidung belang. Tragisnya uang Rp 500 ribu tersebut tidak sepenuhnya masuk kantong si gadis. Ya, Mamih Wiwi (germo-red) minta jatah. Ia memotongnya. Tak tanggung-tanggung ia motong setengahnya; Rp 250 ribu. Si gadis yang keluar keringat. Mamih Wiwi ikut kecipratan.

Kedua gadis itu dijual Reni alias Teni (36), bibinya, kepada Mamih Wiwi. Dan tentunya tanpa sepengetahuan keluarga lain. Ya, keduanya yang warga Jl Cigeureung, Nagarasari, Cipedes, Kota Tasikmalaya ini lari dari rumah. Hanya bibinya yang mengetahui keberadaan mereka. Suatu hari, bapak si gadis memergoki anaknya.
Setelah ditanyai keluar pengakuan bahwa anaknya yang masih dibawah umur dipaksa menjual kegadisan dan melayani hidung belang.
Sebelumnya kedua gadis tersebut diimingi-imingi kerja di kafe dengan gaji yang menggiurkan. Karuan orang tua si gadis tak terima. Lalu lapor polisi. Dan si bibi (tante–red) serta Mamih Wiwi ditangkap polisi.
Ditemui di ruang Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) Satreskrim Polresta Tasikmalaya, Sri Devi terlihat kusut. Matanya sembab. Wajahnya selalu menunduk. Meski Sri Devi masih terbilang muda, tapi lekukan tubuhnya bisa membuat hidung belang menelan air liur. Tubuhnya yang dibalut kaos warna hitam ketat, dipadu kaos lengan bergaris, terlihat cukup serasi. Terlihat belahan dadanya menyembul. Sesekali gunung kembarnya ditutup tangan. Sorot matanya cukup menggoda.
Beda dengan Vinka. ABG satu ini berdandan sederhana. Bibirnya tidak berlipstik. Rambutnya yang sebahu dibiarkan menghalangi wajahnya. Meski demikian Vinka cukup manis. Ia pendiam. Yap, membuat hidung belang penasaran.
“Saya terdesak ekonomi mas,” jawab Vinka ketika ditanya BoL tentang ketertarikannya kerja di kafe.
Menurut Vinka, dirinya yang hanya tamatan SD tak tega melihat ibunya sakit-sakitan. Ya, sang ibu butuh biaya besar untuk pengobatan. Sementara Oo Suhro (48), bapaknya, hanya tukang becak. Dalam kebingungan seperti itu ia bertemu dengan Teni, bibinyaSemula Vinka ragu menceritakan kesusahannya pada Teni. Ia tidak mau membebani orang lain. Tapi Teni tanggap. Ia tahu persis keponakannya tengah kebingungan. Teni mengajaknya ngobrol. Akhirnya, Vinka luluh. Ia curhat. Kebetulan Teni pernah dengar kalau Mamah Wiwi butuh orang untuk dikerjakan di kafe. Tempatnya di Kawasan Doly, Surabaya. Sayalah yang pertama punya niatan untuk bekerja. Karena benar-benar lagi butuh uang untuk pengobatan ibu saya,” lirih Vinka. Bicaranya terhenti. Matanya berkaca-kaca.
Melihat demikian, petugas Satreskrim Polresta Tasikmalaya menganjurkan agar BoL mengajak wawancara Vinka hanya empat mata. Pasalnya di ruangan itu banyak orang. Vinka menyetujui. Ia bangkit dari tempat duduk. Jalannya pelan mengikuti BoL ke ruangan sebelah.
Ketika pantatnya mendarat di sofa, Vinka tak langsung bicara. Matanya menerawang ke jendela. “Saya ingin bantu ibu berobat. Tapi kenapa harus berakhir begini,” ucapnya lirih.
Ia melanjutkan ceritanya. Kepada Teni, Vinka mengutarakan ketertarikannya unuk bekerja di kafe. Teni menyanggupi akan menyampaikannya pada Mamah Wiwi. Pulang ke rumah Vinka sempat ragu. Ia semalaman tidak bisa tidur. Ya, Vinka harus mencari teman untuk bekerja di kafe. Akhirnya pagi-pagi sekali ia mendatangi rumah Sri Devi, teman dekatnya. Kepada Sri Devi, Vinka cerita tentang tawaran kerja di kafe. Sri Devi merengek ingin ikut. Ia juga tertarik. Maka keduanya sepakat; siap kerja.
Suatu hari Teni mempertemukan keduanya dengan Mamah Wiwi. Melihat Sri Devi dan Vinka yang masih polos, Mamah Wiwi sumringah. Ia langsung mentraktir keduanya dengan makan mie bakso. Sambil makan bakso, Mamah Wiwi menyebutkan jika keduanya bersedia bekerja di kafe akan diberi gaji Rp 30 juta perbulan.
Sebelum pemberangkatan tiba, keduanya ditampung di rumah kontrakan Mamah Wiwi. Belakangan, Sri Devi dan Vinka dapat kabar, kerja di Doly cukup beresiko. Jika sudah tidak terpakai akan dibuang begitu saja. Keduanya ketakutan. Mamah Wiwi, kemudian memanfaatkan situasi ini. Dia menjual kegadisan kedua ABG ini kepada hidung belang. Jika menolak, Mamah Wiwi dan Teni menakut-nakuti. Katanya kalau keduanya pulang ke rumah akan dibunuh oleh keluarga. Dan awak sopir Angkot akan menggundulinya. Karena takut, pasrah lah keduanya

Tidak ada komentar:

My Ladies Yeuh ...........